Minggu, 06 Agustus 2017

novel Bintang part 8

*Unidentified Flying Object-- spin off Serial BINTANG

**episode 8

“Inhi mhi-lik-mu?” Suara serak dan berat Batozar terdengar, dia meraih benda di atas bangku.
Ali menoleh kaku.
Batozar menunjukkan benda tersebut.
“Oh iya, maaf. Itu memang milikku.” Ali segera meletakkan kotak makanan. Mengambil selembar kertas yang diserahkan Batozar, berisi skesta suasana festival seni.
Ali pura-pura rusuh memeriksa ransel di sampingnya—yang jadi pembatas duduk antara dia dengan Batozar di bangku.
“Maaf, sketsa ini terjatuh dari ransel.” Ali menunjuk restleting ransel yang terbuka, “Aku tidak berniat mengganggu.”
“Thi-dhak ap-pha.” Batozar berkata datar, kembali duduk, melanjutkan makan.
Ali patah-patah memasukkan kertas sketsa ke dalam ransel.
Aku memperhatikan dengan tegang dari jauh. Si Jenius ini, aku kira dia meletakkan alat pelacak, kenapa dia malah menjatuhkan kertas di sana? Beruntung tidak terjadi sesuatu yang serius, Batozar hanya melanjutkan makan. Seli menghembuskan nafas—wajahnya pias.
Tidak banyak yang bisa dilakukan Ali sekarang, dia hanya bisa ikut melanjutkan makan. Tidak ada percakapan lagi.
Lima menit, Batozar selesai. Dia membereskan bungkusan makanan, memasukkannya ke dalam tong sampah di dekat bangku.
“Ak-hu perghi. Sudah meng-obhrol. Kasih the-rima.”
Ali mengangguk sopan.
Aku dan Seli berlari kecil mendekati bangku setelah Batozar pergi.
Tapi Ali tidak terlihat langsung berdiri, tidak hendak menguntit sosok tinggi besar yang mulai melintasi kerumunan festival seni, menuju atrium mall.
“Kita harus mengejar dia, Ali.” Seli memberitahu.
“Tidak usah dikejar.” Ali santai meneruskan makan siang.
“Eh? Nanti kita kehilangan dia.” Seli menatap Ali tidak mengerti, menoleh ke pintu masuk mall, Batozar sudah menghilang di antara kerumunan pengunjung.
“Aku sudah berhasil menempelkan pelacak di pakaiannya.”
“Bukankah kamu tadi gagal?” Aku tidak mengerti.
“Kata siapa? Aku justeru berhasil dengan lancar.” Ali tertawa kecil, “Kertas skesta tadi adalah pengalih perhatian. Dia adalah Batozar, pengintai terbaik. Matanya sangat awas, dia akan tahu jika ada sesuatu yang tidak lazim. Aku sengaja meletakan kertas di bangku, membuat fokusnya ke sana, saat dia menyerahkannya kepadaku, memperhatikan sketsa lokasi festival seni, pelacakku justeru merayap di kakinya. Seperti semut kecil.”
Aku berusaha memahami cepat penjelasan Ali.
“Nah, sekarang biarkan dia melakukan teleportasi dengan portal cermin. Kita tunggu saja hingga dia tiba di kapsul terbang curiannya, alat sensorku akan menemukan pelacak itu dengan mudah. Simsalabim, kita menemukan Batozar Sang Penjagal sekaligus prototype benda terbang curian. Kasus selesai.”
“Itu jenius, Ali.”
“Yeah! Aku juga adalah pengintai terbaik, Seli.”
Seli tertawa.
Aku ikut tertawa, Si Biang Kerok ini selalu bergaya—meski menyebalkan.
“Sebaiknya kita segera melapor ke Miss Selena.”
“Silahkan.” Ali mengangguk, “Tapi aku mau menghabiskan makan siangku dulu, Seli. Batozar tidak akan pergi jauh, kita sudah mengunci posisinya.”

***

Sambil menunggu Ali menghabiskan makan siangnya, aku sempat menelepon Mama jika aku akan pulang telat, jaga-jaga jika kami pulang kemalaman. Mama bertanya apakah ada hubungannya dengan Miss Selena. Aku menjawab pendek, iya. Mama bilang hati-hati. Dia tahu persis, sekali nama Miss Selena disebut—itu berarti urusan dengan dunia paralel. Seli juga menelepon Mama-nya, memberitahu kami ada urusan penting dan mendesak. Mama Seli yang dokter, sekaligus keturunan Klan Matahari tanpa banyak pertanyaan mengizinkan. Hanya Tuan Muda Ali yang tidak perlu menelepon siapapun, orang tuanya sibuk di luar negeri, mengurus puluhan kapal kontainer milik mereka. “Tidak usah. Aku tidak pulang seminggu, orang tuaku baik-baik saja, paling juga mereka menganggapku sedang ke rumah Kakek, bosan di rumah.”
Setengah jam kemudian, kami menaiki ILY, menuju sekolah.
Miss Selena masih di ruang guru. Sekali lagi dia meninggalkan pertemuan, menunjuk ruang BK. Kami menuju ke sana. Tidak perlu waktu lama, aku melaporkan kembali bertemu dengan Batozar Sang Penjagal. Kali ini, Ali berhasil memasang pelacak di pakaiannya.
“Kami tidak berniat mencarinya, Miss. Kami lagi-lagi bertemu di rumah makan.” Seli berusaha meyakinkan Miss Selena kalau itu tidak direncanakan.
“Ali jelas merencanakan itu, Seli. Tapi kita bahas nanti-nanti. Tunjukkan posisinya sekarang, Ali.” Miss Selena berseru.
Atmosfer ruangan BK menjadi serius. Perburuan atas Batozar resmi dimulai.
Ali mengeluarkan tablet miliknya, mengetuk layar, kedip-kedip merah terlihat di sana. Alat pelacak itu menunjukkan lokasinya.
“Posisi Batozar ada di pinggiran selatan kota, Miss.”
Ali mengetuk lagi layar tabletnya lagi, memperbesar area, termasuk mengaktifkan citra satelit—Si Jenius ini entah meretas sistem antariksa negara siapa, dia punya citra satelit real time, juga detektor thermal ke dalam gedung. Peta di layar tablet Ali juga berbentuk tiga dimensi, bisa menunjukkan gambar bangunan dengan akurat dan detail.
Lokasi kedip-kedip merah berasal adalah persembunyian yang ideal. Sebuah pabrik besar terbengkalai—ada banyak bangunan raksasa. Dulu itu adalah tempat pembuatan alat-alat pertanian. Karena upah buruh semakin tinggi, bahan baku semakin mahal, ongkos distribusi meningkat, pabrik itu ditutup, mereka memindahkan operasional ke negara lain, meninggalkan bangunan-bangunan besar yang kosong melompong. Itu tempat terbaik menyembunyikan kapsul terbang.
“Baik. Aku akan mengontak Pasukan Bayangan. Penyergapan akan dimulai segera!” Miss Selena bangkit, dia mengeluarkan alat komunikasi antar dunia paralel.
“Apakah kami boleh ikut, Miss?” Ali buru-buru bertanya.
“Lebih baik kalian tetap menunggu di sekolah atau pulang ke rumah.”
“Miss, kami yang menemukan Batozar. Kami harus ikut.” Ali protes—ekspresi wajahnya terlihat jelas keberatan.
“Aku berterima kasih sekali kalian telah menemukan Batozar, Ali. Itu sangat berani dan pintar, meski melanggar laranganku. Tapi dia penjahat, kriminal. Biarkan penegak hukum Klan Bulan yang menangkapnya.”
Ali menggeleng—ini tidak adil.
Aku dan Seli juga memasang wajah keberatan.
Miss Selena diam sejenak, “Baik. Kalian boleh ikut ke lokasi, tapi kalian tidak terlibat dalam penyergapan. Kalian hanya menonton. Aku juga akan meminjam ILY untuk pergi ke lokasi Batozar, agar lebih cepat.”
Itu bisa jadi jalan tengah. Aku dan Seli mengangguk setuju. Ali tetap keberatan, dia jelas ingin ikut aksi penangkapan, itu lebih seru dibanding menonton. Aku menyikut perutnya, menyuruh Ali mengangguk. Setidaknya kami diijinkan ikut, itu lebih baik daripada disuruh tinggal di sekolah.
Ali menyeringai sebal, ikut mengangguk.
“Baik. Kalian tunggu sebentar!”
Miss Selena berbicara lewat alat komunikasi antar dunia paralel, mengirimkan koordinat, lantas bersiap-siap. Dia mengetuk sesuatu di lengannya, seketika, rok panjang dan kemeja krem-nya berubah menjadi kostum hitam-hitam, ringkas dan efisien. Rambut keritingnya terikat rapi, ditutupi sesuatu yang juga berwarna gelap. Itu pakaian khas pengintai. Penampilan Miss Selena yang sebelumnya seperti guru SMA kebanyakan, berubah menjadi keren sekali—lebih hebat dibanding penampilan jagoan dalam film-film aksi.
“Kita akan bertemu dengan Tim Elit Pasukan Bayangan di lokasi Batozar.” Miss Selena berseru tegas, “Kita berangkat sekarang, Ali, Raib, Seli. Di mana posisi ILY?”
Ali mengangguk semangat.

***

ILY mendarat lima puluh meter dari lokasi pabrik terbengkalai hampir berbarengan dengan portal dari Klan Bulan terbuka. Kawasan itu sepi, pohon-pohon tumbuh tinggi di halaman dan sekitar pabrik, sementara semak belukar memenuhi bawahnya. Tidak akan ada penduduk kota yang berminat menghabiskan waktu di sini. Belum lagi banyak rawa-rawa berair, dengan hewan melata di sekitarnya.
Portal Klan Bulan terus membesar.
Dari lubang berwarna hitam pekat di depan kami, keluar dua kapsul perak—benda sama yang menemani kami dalam petualangan di Klan Bintang untuk menemukan pasak bumi yang hendak dirubuhkan Dewan Kota Zaramaraz (Novel BINTANG).
“Terima kasih sudah menghubungi kami, Selena.” Terdengar suara menyapa dari salah-satu kapsul.
Ali menekan panel kemudi, layar besar di dalam ILY menyala, memperlihatkan interior dua kapsul lain, sistem ILY sudah tersambung dengan benda terbang Klan Bulan dan Klan Matahari.
Salah-satu Pasukan Bayangan terlihat bicara di sana.
“Tidak masalah, Zaf. Senang membantu Pasukan Bayangan.” Miss Selena menjawab.
“Halo, Raib, Seli, Ali. Perkenalkan, namaku Zaf, Panglima Selatan Pasukan Bayangan. Sungguh menyenangkan kita akhirnya bertemu.”
Yang menyapa kami mengenakan seragam Panglima. Perawakannya gagah, usianya mungkin separuh baya, gurat wajahnya tegas, dia mengangguk kepada dan tersenyum ramah kepada kami. Dia bicara dalam bahasa Klan Bulan, ILY telah dilengkapi penerjemah otomatis, Ali dan Seli bisa mengerti kalimatnya—sementara aku memang bisa bicara bahasa Klan Bulan.
Aku, Seli dan Ali ikut mengangguk.
Aku tahu, dalam hirarki Pasukan Bayangan, ada delapan panglima, dinamakan dengan delapan arah mata angin. Posisi puncak dipegang oleh Panglima Tog—kami mengenal baik Panglima Tog, dia membantu banyak saat krisis yang disebabkan oleh Tamus (Novel BULAN). Saat ini Panglima Tog berbagi otoritas dengan kekuasaan sipil Komite Klan Bulan, yang sementara diketuai Av, sebelum ada ketua permanen. Av tidak tertarik dengan politik, dia lebih suka mengurus Perpustakaan Sentral, masalahnya, sejauh ini tidak ada sosok dari golongan sipil yang bisa dipercaya memegang posisi Ketua Komite Klan Bulan.
Aku mengusap wajah, jika Panglima Selatan ikut dalam penyergapan ini, itu berarti amat serius. Bersama dia ada sembilan Tim Elit Pasukan Bayangan. Aku mengenali dua diantaranya, dulu pernah ikut dalam tim menemukan pasak bumi. Mereka mengangguk kepada kami.
“Jika situasi kita lebih baik, sungguh sebuah kehormatan bisa bercakap-cakap dengan kalian. Aku membaca dengan lengkap catatan petualangan kalian dalam arsip militer.” Zaf bicara di layar, “Sayangnya, kita punya situasi serius. Di mana Batozar sekarang, Ali?”
Ali mengetuk panel kemudi ILY, memasukkan peta pelacaknya ke dua layar kapsul lainnya. Titik merah terlihat berkedip-kedip di bangunan paling besar pabrik terbengkalai di depan kami.
“Baik. Berikut rencananya.” Zaf memimpin, memperhatikan layar di kapsulnya, “Kita akan melakukan serangan mendadak. Tiga kapsul akan melakukan teleportasi ke dalam ruang itu secara serempak. Selena, pastikan proteksi ruangan diaktifkan setiba di dalam sana, kita tidak bisa mengambil resiko operasi ini diketahui penduduk Klan Bumi. Aku dan kapsul lainnya langsung mengepung Batozar dari depan dan belakang. Senjata tabung perak diaktifkan. Jika buronan melawan, kalian diijinkan melumpuhkannya di tempat.”
“Siap!” Terdengar jawaban mantap dari kapsul lain.
Miss Selena mengangguk.
Suasana penyergapan semakin pekat.
Tim elit Pasukan Bayangan mulai bersiap-siap, tabung perak tergenggam erat di tangan mereka.
“Bagaimana dengan kami?” Ali bertanya.
“Eh, kalian tetap di kapsul, Ali.” Zaf menjawab.
“Kami bisa membantu. Kami bukan remaja bia—”
“Tidak, Ali. Jangan mengubah kesepakatan.” Miss Selena memotong.
Wajah Ali terlihat masygul. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Sembilan Pasukan Bayangan, Panglima Selatan dan Miss Selena, itu sepertinya lebih dari cukup.
“Semua siap?” Zaf berseru, memeriksa terakhir kalinya.
“Siap, Panglima!”
“Lakukan teleportasi. SEKARANG!” Zaf berseru.
Dua kapsul perak dan ILY segera menghilang. Splash. Untuk kemudian splash, muncul di ruangan besar pabrik terbengkalai.
Penyergapan telah dimulai.

*bersambung

**tere liye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar