Kamis, 06 Juli 2017

feminisme

copyright Michelle Jonny

Klo biasa aku baca di laman2 media seluncur, sejak taun 2000an kayaknya emansisapi (a.k.a perbudakan) wanita sudah pelan2 berevolusi jadi emansipasi (pemberdayaan) wanita.
*
Mau ga mau, kaum pria yg tadinya kolod banget, mesti merelakan istrinya bekerja karena memang terasa perbedaan antara keluarga yg ditopang 1 penghasilan dan 2 penghasilan.
Selain itu, istri yg berkarier kelihatan ga terlalu stress karena banyak tempat pelarian energi positif ketimbang yg diam di rumah dan cuma melakukan pekerjaan rumah tangga.
*
Kalau bagiku sih, menikah dengan orang yg bisa belajar memahami lebih penting daripada menikah dengan kriteria fisik spt tajir, ganteng, intelek, lulusan LN, berasal dari keluarga terpandang.
Karena terlepas dari apaaapun latarnya, yg megang kendali hubungan rumah tangga sama sekali bukan faktor materi tapi gimana cara memahami satu sama lain.
*
Ada juga, yg merasa menjadi ibu rumah tangga adalah karier.
Itu bener banget!!
Karier yg jangkanya paling panjang adalah ibu rumah tangga dan bapak rumah tangga.
Equal. Sama.
*
Menjadi ibu rumah tangga sama dengan jadi CEO perusahaan.
Suami, ownernya (karena nama resmi wajib pajak dan aset adl suami)
Maju atau tidaknya suatu keluarga, tergantung pengelolaan uang dan aset bergerak di dalamnya.
Mungkin, bisa dibagi..
Istri mengatur aset bergerak (kesehatan, pendidikan, kehangatan, dan rasa aman)
Sementara suami, fokus di aset tidak bergerak (rumah, mobil, tabungan, dan hal2 bersifat materi)
Atau sebaiknya (enak gimana aja)
*
Uniknya, semua hal di atas, bukan muncul dari buah kesadaranku.
Itu semua koJonny yg membabarkan dan aku baru ngeh. Bener semua itu!
*
KoJonny ngoceh 2 jam panjang lebar sama temennya yg komplain karena istrinya selalu belanja hal2 yg ga diperlukan dan ditumpuk di dapur spt TUPPERWARE, slow juicer, normal juicer, super speed juicer.
Pemotong bawang, pisau mahal, panci mahal.
Dan itu ga dipake tiap hari.
"Boros betul dia.. itu peralatan dapur, klo dikumpulin, mungkin bisa beli 1 mobil!" Kata suaminya.
Anak mereka 2.
*
"Emang dia pakai tabungan kamu utk beli semuanya?" Tanya koJonny
"Ngga sih, pake uang belanja."
"Lah, itu kamu kasih buat belanja, kan? Terserah dia donk mau beli apa," jawab KoJonny dengan nada bercanda.
*
"Dulu di awal pernikahan saya juga ga paham apa itu 'jatah istri' dan apa itu rumah tangga.
Suatu hari, waktu saya ulang tahun, Miselle belikan saya kamera yg mahal bagi saya. Saya tanya, uang darimana? Dia jawab, uang belanja dikumpulkan.
*
Saya cuma jawab, terimakasih. Senang bisa punya kamera idaman.
Dia ngga pernah minta uang sama saya (sama sekali) saya kasi berapa, dia terima berapa.
Saya ga berpikir, darimana dia dapat uang itu?
*
Beberapa bulan kemudian, dia ultah. Saya ga kasi dia apa2 (ga pernah kasi apa2 😂😂😂)
Dia cuma minta panci keramik 500ribu pada saya, dan saya jawab "GA BOLEH! BOROS! PAKAI AJA YG DI RUMAH."
Dia menangis.
Saya terkejut, kenapa dia cengeng? Lebay!
*
Lalu, abang sepupunya (kebetulan ada disana) yg mendengar saya melarang Miselle, berbisik ke saya; Jon, kameramu harganya 5,5 juta.
*
Saya masih ngga ngeh.
*
Sampai di rumah, saya baru tau dari suster (babysitter), ternyata selama berbulan2, uang dapur diirit mereka sampai bisa beli kamera saya.
Setiap hari ke pasar di jatah hanya 20rb supaya cukup makan siang dan sore. (Cuma belanja sayur mayur)
Sisanya disimpan. Dia ga keluar jalan2, dia irit berbulan2, sampai seingat saya, ke dokter anak aja ga pernah! Dia jaga sendiri kalau anaknya sakit.
*
Lalu saya ke dapur dan melihat ada noda di lantai.
Saya panggil dia dan suruh dia lihat, "Kamu ga lihat ini? Ga bisa lap?"
Tanpa membantah saya, dia ambil lap dan jawab sambil membersihkan noda, "Mata saya ngga kelihatan."
Sambil gosok2 mata dan lihat noda itu dekaaaat sekali.
*
Mendadak hati saya sakit. Saya sangat kejam.
Perlukah kacamatanya diganti? Koq dia ga bilang? (Minus 9 coi)
Hanya demi sebuah kamera, sebuah hadiah utk membahagiakan saya, dia sampe segitunya!?
*
Sementara saya?
Apa yg sudah saya berikan utk dia?
Saya cuma tau kerja, pulang rumah sudah bersih, anak sudah rapi.
*
Setelah itu, saya jadi ngerti.
Istri kayak dia, kalau diberikan kepercayaan, ga akan salah!
Saya biarkan dia atur keuangan saya. Saya percaya segalanya adalah demi kebaikan saya.
Keluarga kami. Akhirnya ya kamu lihat lah... (tercipta Sagha)
*
Sebagai pemimpin kita bukannya mesti sok berkuasa dan ngatur, Bro...
Justru kita harus mendukung perkembangan mereka yg kita naungi. Percayalah, istrimu membeli semua barang itu ujung2nya buat kamu dan anak2 juga.
Biar praktis masak, lebih sehat, dll."
*
Mendengar KoJonny menceritakan ulang percakapannya dengan sang teman, aku jadi senang.
Selama ini efek emansipasi cuma kubaca. Sekarang aku bisa terlibat di dalamnya.
Menikmati impact dari pemberdayaan diriku sebagai ibu rumah tangga lalu pelan2 menjadi wanita karier yg dianggap bermanfaat.
*
😊😊😊😊😊😊😊😊😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar