Selasa, 04 Juli 2017

pasif income

copyright Michelle Jonny

Sewaktu muda, muda sekali, masih ABG, mamaku si Buk Lisa, terjaring bisnis MLM teranyar saat itu. Ga usah sebut merek, yg pasti, tiap hariiii~ di mobil kami, selalu diputer kaset motivasi dari suksesor2 MLM tersebut.

Yang paling bikin aku kagum, dan gak pernah bosen denger, adalah Kaset Ranti Angkasa, saat itu masih istrinya Robert Angkasa.
Beliau mampu menjelaskan bla bla bla reaksi kimia protein dan mata rantainya. Gak kalah sama Bu Dokter Tan Shot Yen pokoknya.
Dan lagi, Bu Ranti Angkasa cantik dan sangat muda. Bahasanya, entah kenapa aku yg masih ABG ngerti. Walau si Mami kagak ngerti. 😂😂😂😂 - tapi dia yg beli kaset motivasi -😂😂😂😂

Dari semua kasetnya, yg menjadi motivasiku bertahun tahun adalah, "Saya melihat suami dan kedua anak saya tertidur pulas. Kami bahagia tanpa mesti dibingungkan oleh beban keuangan. Waktu yg kami miliki sangat berkualitas. Saya sangat bersyukur. Dimana teman2 saya lainnya, masih bergumul dengan bisnis konvensional dan runyamnya jaminan hari tua. Inilah bisnis yang sesungguhnya, bla bla bla...," katanya.

Berbekal cashflow quadrant Robert T Kiyosaki, MLM selalu dan selalu mengiming2i followersnya PASSIVE INCOME. Alias, UANG MENGEJAR ANDA.
Mari kita bersama2 memutar mata ke atas dan bertanya, 'masa iya?'
Sedangkan bila bawahan ga belanja, income kita dari mana? Dari Hongkong? 😂

Namun tetap, kata2 Ranti Angkasa masuk ke dalam mindsetku dan semua ibu2 pasti setuju, bisa leyeh2 bersama anak dan suami tanpa harus bekerja keras sementara rekening selalu penuh adalah IMPIAN semua keluarga. Kata2 Ranti, seolah menggiringku pada 'gambaran keluarga ideal'
Oooo... jadi kalau bisa santai dan banyak uang itu = bahagia ya?

Sayangnya, Ibu Ranti dan Pak Robert Angkasa, sepasang Crown Ambassador beromset milyaran rupiah per bulan, yang didewa dewakan followersnya, bercerai.
Menyusul kemudian, Bapak Louis Tendean, pentolan di grup MLM singa terbang, bercerai juga.

Jadi, aku yang baru bercerai saat itu pun berpikir, 'ini lagi musim cerai atau gimana?' 😂😂😂
Ndak.. Yang serius aku mikir, "Sepasang suami istri sevisi dan semisi, seperjuangan, dan SEKALIBER mereka, koq bisa cerai? Jangan2 malah teman2 mereka yg bisnis konvensional malah akur akur aja sekeluarga?"

Akhirnya, setelah aku menyelami satu per satu kasus pernikahan yg berbeda, kadang memang ada beberapa orang yg tidak ditakdirkan utk bersama.
Yang satu baru buka mulut, yg satunya uda nyamber kayak senapan mesin.
Yang satu baru ngelirik, yg satu uda melotot.
Yang satu suka menyepi, yg satu suka dugem.

Beda karakter, beda pola pikir, beda kualitas batin, terutama beda kepentingan berumahtangga.
Ada yang menikah karena harus bertanggung jawab pada kehamilan.
Ada yang menikah karena usia udah tua.
Ada yang menikah karena bisnis.
Dan ada yg menikah krn keinginan pihak ketiga (ortu, kakek, nenek, tetangga, dll)

Sehari harinya, yang dibahas pada pasangan telah menikah, kebanyakan sesuatu yg ga ada hubungan dg uang. Biasanya tentang pengertian, toleransi, dan impian.
Sehingga, sejak bersama KoJonny, uang sudah ngga menjadi targetku dalam berumahtangga.

Kami merasa, di dunia yg besar ini, kami bahkan sekecil debu.
Kami tidak merasa mesti bersinar di antara yg lain atau memanggul beban 'menuju puncak' pentas kehidupan.

Sering aku bertanya kepada KoJonny, "Cita2mu apa?"
Jawabnya, "Asal kita sekeluarga hidup layak dan hidup kita gak sia2..."

Hidup layak, maksudnya simpel; gak ada hutang, rumah gak bocor, ada kendaraan, dan persiapan masa tua.
Kami tahu kapan harus bekerja, dan tidak mengejar target.
Tidak ada pembanding.

Ide yang terbersit, bila itu bermanfaat, kami coba,
Setelah kami coba dan berhasil sedikit, kami kembangkan.
Atas semua karyawan, prinsip utama: sejahterakan hidupnya.
Tidak ada target bisnis, tapi kami lakukan yang terbaik.
Hasilnya gimana pun, syukuri saja.

Saat digit tabungan kami sudah bertambah, kami melihat, siapa lagi yang bisa dibantu dengan nilai2 di buku rekening ini?
Dan saat hati kami sudah lega, kami berhenti bekerja, kami menyepi-menutup buku, atau merencanakan perjalanan keluar negeri.
Menutup mata kami pada kesalahan kecil2 yg terjadi di perusahaan, dan membuka hati kami untuk menerima para karyawan sebagai manusia dan memperbaikinya bersama.

Ide mengenai passive income yg sudah terpatri belasan tahun itu, sudah rusak di bawah sadarku.
Untuk menjadi sukses, aku tidak membaca cerita2 atau mendengar kiat2 usaha.
Sukses untuk setiap orang itu beda ceritanya.
Tidak mungkin aku percaya buah mangga itu manis sebelum aku mencobanya sendiri.

Bagiku, sukses adalah melihat orang yang kita sayangi berbahagia.
Tahu nilai2 diri dari setiap peran yg aku jalani.
Paham dan tahu cara menghargai orang2 yg terpenting dalam hidup ini.

Saat aku dan KoJonny menghadapi masa2 sulit, kami tak membahas uang dan kerjaan saat bertemu. Kami sibuk berusaha membahagiakan satu dan lain dg cerita2 lucu dan pujian2 yg membangun. Aku sangat yakin, ide tentang masa depan, lahir di saat seseorang itu bahagia dan merasa santai.

Ini adalah jawaban, bagi orang2 yg bertanya baik lewat inbox ataupun pesan, apa kiat berbahagia?
Cukup berusaha yang terbaik semampu kita, tidak mengambil sesuatu yg bukan hak kita, dan selalu membahagiakan orang2 terdekat kita.

♡♡♡

Tidak ada komentar:

Posting Komentar