Kamis, 13 Juli 2017

sholihah

Prinsip seperti ini sebenarnya sangat sederhana dan mudah di ungkapkan, namun jika yang menyandang status sholihah adalah wanita yang berwajah "kurang cantik" seringkali para lelaki memilih untuk mencari yang lain. Seringkali bukan berarti semua. Kebanyakan memang lebih memilih yang cantik parasnya, yang langsung dapat dinikmati oleh mata, karena memang bisa dinikmati lebih instan. Sedangkan "ke shoihahan" memerlukan proses untuk menikmatinya, perlu pergaulan sehari hari sehingga bisa merasakan betapa senangnya bergaul dengan seorang yang sholihah. Namun nafsu manusia memang cendering kepada perkara yang bisa dinikmati langsung dan cepat.

Saya hanya menyebutkan pendekatan, namun jika kita lihat lebih jauh, hal seperti ini juga kita jumpai pada orang yang melihat kebutuhan duniawi dan ukhrowi. Mereka kebanyakan lebih cenderung untuk mempersiapkan kebutuhan duniawi dengan antusias, sementar kebutuhan akhirat hanya dipenuhi dengan unsur kemalasan. Tidak lain karena hasil dari unsur duniawi tampak instan, dan bisa dinikmati lebih cepat, sedangkan panen dari amal untuk akhirat baru bisa dinikmati kelak seusai mati. Namun mereka sering lupa, bahwa yang kekal itu lebih berharga, bahwa yang abadi itu lebih bernilai. Mereka lebih suka yang cepat dan langsung dinikmati dari pada yang kekal dan abadi.

Orang yang cerdas adalah orang yang banyak berbekal untuk masa setelah kematiannya. Yaitu mereka-mereka yang lebih mengutamakan akhirat daripada dunia nya. Bukan berarti tidak bekerja dan mencari nafkah, justru mereka bekerja dan berusaha untuk bertahan hidup demi kelangsungan mencari bekal di akhirat nati. Seperti yang di sampaikan dalam al quran yang bermakna "jangan lupa bagian mu di dunia  (untuk mempersiapkan bekal di akhirat nanti).
sumber Yusuf rosyadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar