copyright by Michelle Jonny
Sama seperti siang dan malam, perasaan pun bisa berubah jadi terang dan gelap.
Sama seperti bunga yg tumbuh, cantik, lalu layu dan mati, begitu juga hubungan kita dengan semua orang.
Kita tidak bisa memaksa seseorang utk membalas kebaikan yg kita berikan pada mereka. Sama seperti kita tak bisa mengharap makanan yg kita telan 100% menutrisi tubuh dan TIDAK MENJADI KOTORAN.
Dan lagi, TIDAK SELALU makanan enak itu baik utk tubuh. Kadang yg pahit atau tawar justru lebih baik.
Sama halnya, perasaan sedih dan menderita justru adalah nutrisi yg dibutuhkan batin utk bertumbuh.
Selama kita 'berbeda', beberapa orang akan selalu menganggap kita SALAH.
Padahal, salah itu salah kalau menyakiti diri sendiri dan orang lain -- versiku.
Bukannya menuruti orang lain tapi menyakiti diri sendiri.
Apalah?
Nasehat, semuanya, boleh2 aja didengar. Tapi yg utama adalah diri sendiri.
Dalam mempertimbangkan Nasehat, kita mesti pasang Goal dan Keuntungan Jangka Panjang.
Contohnya kayak ada pempek di meja makan, padahal dokter bilang kita uda mesti puasa gluten.
Goal kita SEHAT.
TRUS, ada yg 'nasehati', "Udahlah.., jadi org ga usah terlalu bersih, makan aja,,,"
Lep. Mundur kita 10 langkah dari GOAL itu.
Dulu, kata mereka, janganlah bercerai, kasian anak2.
Sedangkan GOALku mau sukses berkarya dan membalas budi orangtua.
Solusi yg mereka berikan, murni omong kosong seperti, sabar dan terima apa adanya.
--- bagaimana pun, aku paham, mereka hanya manusia yg jagonya cuma bicara.
** Menurutku, lebih kasian lagi kalau anak2 selalu melihat papa mamanya perang BarathaYudha.
Klo tiap hari kepala ngebul sama masalah rumah tangga, kapan ide cemerlang bisa berdatangan?
Apalagi klo sampe terjadi 3 kingdom alias pihak ketiga.
Kata mereka, penderitaanku gak ada apa2nya dibanding si xxxxxx
Penderitaan koq dibanding2in? Dibanggakan?
** Memang betul kita harus sabar, tapi jangan kepleset. Kesabaran itu artinya ya kesabaran menghadapi diri sendiri. Jangan sampai karena masalah, kita tidak bisa mengubah orang lain, malah diri kita ini yg kita rusak. Lha yah piye?
Walau bukan Nasrani, aku selalu termotivasi dengan kata2 Yesus, "Maafkanlah mereka Bapa, mereka tidak tahu apa yg sedang diakukannya."
Dengan kesadarannya, Yudas mengkhianati Gurunya yg baik padanya.
Dengan kesadarannya, pasukan Romawi menerima suap utk menyiksa Yesus yg pernah menyentuh hatinya.
Dengan kesadarannya, warga hanya bisa melihat dan menangis melihat Sang Nabi disalib.
Seorang baik dihukum atas kebaikannya dan dengan kesadaran pula mereka mencemooh seolah ia penista walaupun ia tak pernah berbuat hina.
Aku beruntung, apapun kekerasan yg terjadi padaku tidak membunuhku.
Fisikku, meski lemah, namun imanku akan pemaafan dan kebaikan semakin kuat.
Mereka sungguh tidak tahu apa yg mereka katakan dan lakukan.
Tapi aku tahu apa yg kukatakan dan kulakukan.
Aku tau tujuanku adalah kesuksesan.
Dan itu sama sekali ngga ada hubungannya dengan apa yg mereka YAKINI.
Kata mereka, aku gak becus jadi istri.
Istri yg brekele.
Istri yg patut diselingkuhi dan ditinggalkan karena tidak patuh.
Ibu yg jahat dan tidak menangis walau anaknya tidak bersamanya.
Karena aku terlalu suka mengajar dan melayani orang banyak.
Hari ini, aku baru tau kalau aku melakukan sesuatu yg benar karena aku merasa sangat bahagia atas kegelapan yg kutinggalkan demi mencari terang.
Kata2 mereka tidak salah, hanya saja mereka mengatakannya pada orang yg salah.
Semua hal buruk yg terjadi. Menjadi batu loncatanku utk belajar lebih baik lagi.
Dari mereka yg kasar, aku menjadi lembut.
Dari mereka yg pelit, aku menjadi dermawan.
Dari mereka yg sombong, aku menjadi rendah hati.
Dari mereka yg selalu menghina, aku belajar memuji.
Setelah memahami semua ini, aku ngga lagi meratap saat 'abang ngga pulang beibeh, abang ga bawa uang beibeh"
Malahan aku merasa bebas saat dia tak di sekitar, karena aku bisa mewujudkan cita2ku selangkah lebih maju. Lagi. Lagi. Dan lagi.
Saat hari perpisahan final, aku sudah siap utk segalanya.
Malah kayaknya dalam hati ini lega, "Akhirnya bisa lepas juga.."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar