Jumat, 30 Juni 2017

Novel Bintang part 2

“ALI!!!” Aku berteriak saat melihat si biang kerok itu pertama kalinya.

Pagi hari. Sekolah masih sepi. Baru satu-dua murid yang terlihat.

"Ap-pa?" Ali menguap, duduk di kursi. Dilihat dari wajahnya, Ali kurang tidur. Mungkin dia semalam asyik dengan penelitian atau percobaan baru. Ali sibuk mempelajari teknologi Klan Bintang.

Tapi itu tidak menghentikan rasa jengkelku. Aku segera mengeluarkan telepon genggam dari tas. Dengan cepat jemariku mengetuk layar HP, membuka website media sosial yang sering digunakan teman-teman. Mengarahkan HP itu ke wajah Ali.

"INI APA, hah?" Aku berseru ketus.

"Foto." Ali mengangkat bahu, menatapku heran, "Kamu tidak tahu kalau itu foto?"

"Aku tahu ini foto. TAPI Ini foto di kota Zaramaraz, ALI!" Jika saja aku tidak menahan rasa kesalku, sejak tadi sudah kukirim pukulan berdentum ke si biang kerok ini, "Bagaimana mungkin kamu ceroboh memposting foto selfie di depan gedung terbang Kota Zaramaraz di akun medsos. Benda-benda terbang. Kota itu terlihat sekali di belakang. Semua orang akan tahu tentang dunia paralel, itu membahayakan!"

Ali nyengir, menggaruk rambutnya yang acak-acakan, "Tidak akan ada yang tahu itu di kota apa, Ra. Toh, kalaupun ada yang bertanya penasaran, aku akan bilang itu hanya editan. Tidak ada yang punya ide jika di perut bumi ada Klan Bintang."

"ALI!!! Miss Selena melarang kita membicarakan dunia paralel!" Aku meremas jemari gemas, "Dan kamu sekarang santainya pamer foto selfie. Itu melanggar semua peraturan. ITU--"

"Ada apa, Ra?"

Suara Seli menghentikan gerakan tanganku--juga seruan kalimatku. Aku menoleh. Seli masuk ke dalam kelas, meletakkan tas di meja.

"Ali memposting foto selfie di akun medsosnya!" Aku menunjukkan HP. Segera memberitahu.

Seli nyengir. Dia tidak terlihat terkejut melihat foto di layar HP.

"Kamu sudah tahu?" Aku menyelidik Seli.

Ali tertawa kecil, "Bukan hanya sudah tahu. Seli juga ikutan posting foto selfie dunia paralel, Ra. Kamu belum mengecek akun medsos Seli?"

Aku terdiam, menoleh ke arah Ali, menoleh lagi ke arah Seli. Yang semakin lebar menyengir. Apa maksud Ali? Seli juga ikutan? Aku bergegas mengetuk layar HP, dengan cepat membuka home akun medsos Seli.

Astaga?

Lihatlah, Ali benar, Seli ternyata juga memposting foto selfie-nya di Kota Ilios, ibukota Klan Matahari. Tersenyum dengan latar bangunan-bangunan kota berteknologi tinggi.

"Bagaimana.... Bagaimana mungkin?" Aku sungguh tidak percaya menatap Seli.

Seli terlihat menunduk.

"Itu hanya foto, Ra." Ali berkata santai.

"Kalian berdua.... Itu dilarang oleh Miss Selena."

"Miss Selena hanya melarang kita membicarakan dunia paralel, Ra. Dia tidak melarang kita posting selfie."

"Maaf, Ra." Seli menambahkan, "Aku tidak tahan untuk tidak mempostingnya. Foto itu bagus sekali, diambil dengan kamera terbang bola pasir milik Ali. Tapi aku tidak memberi caption apapun. Itu hanya selfie. Hanya kenangan."

Aku mengusap wajah. Tidak percaya, bagaimana mungkin Seli ikut-ikutan seceroboh Ali. Jika Ali yang melakukannya sendirian, itu masuk akal, si biang kerok ini memang suka pamer. Tapi Seli?

"Perutku lapar, kamu mau sarapan bakso di kantin, Sel?" Ali bangkit berdiri, berusaha menghentikan percakapan.

Seli mengangguk. Tanpa menunggu, langsung setuju. Dia jelas tidak mau bertengkar denganku sepagi ini.

"Mau ikut, Ra? Aku yang traktir." Ali beranjak, hendak keluar kelas.

"Kalian harus menghapus foto-foto itu!" Aku berseru ketus sebagai jawabannya.

Ali dan Seli sudah melintasi bingkai pintu kelas. Tidak mendengarkan.

"Hei! Kalian harus hapus segera!!"

Aku menatap kesal. Ditinggal sendirian di kelas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar