Kamis, 29 Juni 2017

Follower Abal-Abal

Nabi bilang, makan pakai tangan kanan. Lantas seberapa serius kita melaksanakan perintah ini? Kita lebih sering menggampangkannya, lupa, menganggapnya ringan saja. Jika perkara makan pakai tangan kanan saja kita bandel minta ampun, apalagi perkara lebih serius lagi. Boleh jadi, kita memang follower abal-abal saja.

Nabi bilang, jujur! Jangan berbohong. Apa susahnya sih jujur? Mudah. Kita tidak perlu bayar sepeser pun untuk jujur. Lantas lihatlah, saat ujian nasional, sudah jadi rahasia umum, banyak yang nyontek. Di sekolah nyontek, di kampus nyontek, kebiasaan nyontek ini jadi massif sekali. Duuh, jika jujur begini saja kita tidak bisa melaksanakan, apalagi perkara yang melibatkan uang milyaran, trilyunan. Sungguh, kita memang follower abal-abal.

Lantas begunjing, contoh berikutnya. Nabi bilang, bergunjing itu sama dengan makan bangkai saudara sendiri. Tapi di televisi, di website berita, di koran, kita sibuk menggunjingkan aib orang lain. Berita kawin cerai adalah favorit. Skandal keluarga orang lain jadi hiburan. Artis, selebritis, jadi pembenaran untuk dikuliti hidupnya. Apakah kita tidak tahu betapa terlarangnya bergunjing? Tahu. Tapi begitulah, fakta follower abal-abal.

Nabi berwasiat agar kita tidak suka pamer, jangan suka dipuji. Berkali-kali wasiat ini tiba di kita. 100% pasti semua orang tahu jika pamer adalah prilaku buruk. Tapi hari ini, kita jadi etalase pameran setiap hari. Semua ditunjukkan. Suka sekali kita dipuji orang lain. Tak sampai wasiat Nabi? Sampai. Tak tergerak kita melaksanakannya? Tidak. Karena kita memang follower abal-abal.

Bertetangga-lah dengan baik. Mudahkanlah urusan orang lain. Contoh berikutnya. Sudah kita lakukan? Boleh jadi tidak. Kita lebih sering tidak peduli. Kita lebih sering sok berkuasa, memperumit urusan orang lain.

Daftar ini akan panjang sekali jika kita mulai membahas hal2 yang lebih serius. Dan dengan semakin panjang daftarnya tersebut, tidakkah kita tertunduk malu. Betapa kita memang follower abal-abal. Pikirkanlah. Minimal, jika kita memang tidak bisa jadi lurus dan sempurna (karena toh manusia itu tempat salah dan kurang), pastikan kita jujur selalu. Ini wasiat Nabi yang amat relevan hari ini.

*Tere Liye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar