Sabtu, 10 Juni 2017

yang mesti kita pelajari di dunia

copyright by Michelle Jonny
This is the best candid from our morning routine.
Thankful banget dengan kehadiran sosmed jaman sekarang, eemm?
Kita ndak perlu jadi pesohor buat disyuting tiap menit dan ngundang kru buat living up with our dailylife, kapanpun kita merasa suatu cerita kita hidup pantas dipublish, okay, off we gooo...

Di potret ini, aku ketawa geliiiii sama postingan di timeline koJonny (yg sama2 lagi nonton juga)
Dianya?
Biasa aja.. datarrr~
Menatap layar dengan mata kubil yg blm 100% loading dari mimpi kemaren malem.

Awalnya, sebagai manusia, dan aku juga punya banyak perbandingan dengan banyak kawan pria, tentunya aku bisa lah punya ekspektasi dan menilai, "koq dia gitu ya?"
Garing banget... kriuk!
Apalagi kalau kumpul keluarga, bahasa kami beda dan ngga nyambung. Sehingga denger aku dan keluargaku bercengkrama, di kuping dia kayak suara lebah, "Nguuungggg... nguuuungggg..."
Trus, apa yg mau dia katakan, ya dia langsung nyeletuk, ga basa basi.

Sering kami 'bentrok' karena cara komunikasi yg beda dan kupikir, hidup bersama org yg ga konek utk seumur hidup itu sulit banget. Aku ngga akan mengorbankan diriku utk itu, no, never.
Satu kata paling menyakitkan yg pernah aku ucapkan saat emosi adalah, "Kamu ngga pantas lah sama aku."
Aku merasa, hanya laki2 yg intelek, nyambung, selera humor tinggi, berwawasan luas, bisa menerima masa laluku, siap menyongsong masa depanlah yg cocok bersamaku.
Kalau di mataku, dia terlalu monoton, kaku, membosankan, dan konservatif, hate to say -- tapi pendidikannya ngga tinggi --

Digituin, dia langsung pergi dan aku pun ga peduli.
Karena kata2ku itu, aku ngga bisa tidur beberapa hari dan gengsi banget mau minta maaf duluan.

Trus, ponselku berdering, ih,,, nomornya dia...
"Hallo?" Jawabku.
"... ini siapa yaaa???" Suara dia disana.
"Kamu nelpon kemana?!" Tanyaku balik.
"Eh eh sorry kepencet..," katanya
😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
Telp ditutup, tapi berdering lagi dengan plesetan2 dia yg lain. Dasar!
Akhirnya keluar juga kata2 kayak, "Aku mau tau nih... kira2 yg kutelpon, kangen gak yah sama aku?"

Aku merasa campur aduk antara lucu, seneng, masih gengsi, dan bingung.
Bingung kenapa?
Bingung kalau hatiku kutaruh disana, masa depanku suram...
Ada kan, quote, saat jatuh cinta, selain menggunakan hatimu, bawa juga Otakmu.
Aku ini kan pernah salah berkali2, takut kalau salah lagi. Tapi....

Kupikir, walau akhirnya putus juga kan bisa berteman?
Dia orangnya polos banget, baik, dan tulus menolong walau senyumnya mahal dan pendiam.
Dia juga emosian dan ga segan mengutarakan isi hatinya tanpa peduli lawan bicara bisa nerima atau ngga. Di sisi lain, terlepas dari itu semua, secara fisik, he's so hot! I'm in love with his body.
😍😍😍😍😍

Dia ga pernah memohon aku utk kembali atau apa, dimana laki2 sebelum2nya selalu memohon, termehek2 dan bikin aku serba salah sampai akhirnya salah beneran. Tuh, kan!!

Bedanya dia, ngga 'ngiket' aku. Juga ngga janji2 ini itu.
Rutinitas anter-jemput, anter makanan, kunjungan ke kelas meditasi, ngga berhenti dia lakukan.
Suatu hari dia nanya aku sambil pegang koran, "Ini bacanya apa ya? Artinya apa ya? Maksudnya gimana ya?"
Ouch! Kudapati, kalau dia pun berusaha, dia ngga pernah bilang mau berpisah dariku dan si Kubil ini terus mencoba utk jadi pantas denganku.
Berhenti merokok, memutuskan hubungan dengan judi dan turunannya, belajar meditasi. Di sisi lain, ia terus bergaul dengan para senior di bidangnya utk membuka wawasan tentang praktek pariwisata.

Akhirnya, perjalanan waktu membuktikan ketulusan, kelihaian, dan kemandiriannya. Apa yg namanya gengsi, nama baik, dan martabat, dia meletakan pada tempatnya dengan tidak 'merendahkan' aku yg perempuan dan berstatus bukan lagi gadis.

Segala barang yg rusak - diperbaiki. Segala situasi yg panas - dibikin adem.
Sering jadi perantara kalau aku bertikai dengan orang2 di sekitar.
Hm... masalahnya kayaknya bukan di dia tapi di aku, deh..

Sekarang si Kubil sudah berubah jadi si Kancil di mataku.
Dia tuh cerdik banget lah.. ke luar negeri, ke hutan, di dapur, dimanapun, selalu tau caranya menyenangkan aku. Belajar baca, masih tetep...
Aku juga merasa 'value'ku meningkat setiap kami berhasil menyelesaikan suatu permasalahan bersama.
Make me feel proud of myself.
Sebagai istri ngga cuma minta minta minta atau memberi terus sampe capek. Tapi bisa bekerjasama dan menciptakan kehidupan yg cukup.

Hal2 seperti dia jarang senyum, cool, ga pandai bergaul dan terbelakang kalau ngomongin kemajuan jaman, i'm deal with it.
As the same time, he's dealing so much with the passionate me.
Dalam pengejaranku akan kesuksesan, aku ingin mengatakan, sungguh aku cukup dan dia layak utk bertumbuh denganku seperti juga aku utknya.

Yg mesti kita pelajari di dunia ini bukan cuma gimana jadi hebat, kaya, atau terkenal.
Kita ga akan dapat kebahagiaan yg lama karena kehebatan, kekayaan, dan pamor, sama sekali ngga bikin kita bebas dari kemarahan, kebencian, dan kesombongan.
Akan ada saatnya kita jadi kagum pada mereka yg kehidupannya rukun, tenang, damai, bahagia.
Dan.. sekarang,, itulah yg aku dapatkan.
Sesuatu yg sulit aku miliki kalau pria yg kupilih adalah mereka yg terlalu banyak teori dan lihai berkomunikasi (baca: berkelit), punya teman banyak dan bisa menyenangkan siapa saja, tapi ngga ngerti cara menyenangkan istri.

Pelajaran apa yg bisa aku berikan dari kisah ini?
Ngga tau juga ya..
Mudah2an ada yg bisa dipetik semoga menghindarkan yg membaca dari ketinggihatian sehingga menutup jalan kita pada jodoh terbaik yg sebenarnya 'sudah ada' tanpa harus nyari keliling dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar