copyright by Michelle Jonny
Setelah bercerai, aku pulang kembali ke rumah gadis dan semua disana menerimaku dengan tangan terbuka.
Then, my Dad, asked me like, "Oke, sekarang kamu uda hidup baru lagi, rencanamu mau ngapain? Gimana kalau ambil S2?"
"Dad, i hate school..," jawabku.
Ini aneh, baginya.
Karena aku menamatkan SMA di usia 16 dan S1 di usia 19.
Guru2 selalu memujiku di depan orangtua, dan mereka mengira, aku suka sekolah, makanya aku semangat banget sampe menyelesaikan semua lebih cepat dari anak2 lainnya.
Mom dan dad, nanya terus, kenapa kenapa kenapa?
Bagi mereka, seorang wanita - akan berkelas kalau otaknya cerdas - apalagi, karena aku sudah berstatus janda, mereka khawatir, aku akan dipermainkan laki2 atau mengalami masa depan yg pahit.
Lalu aku coba diskusi dengan baik, kalau aku merasa sekolah itu buang2 waktu.
Justru aku 'ngebut' karena aku mau ngejar kegemaranku yg lain..
"Apa itu?" Tanya Daddy.
"Mengajar," Daddy kaget dan ngga nyangka kalau aku bakal jawab gitu. Usiaku baru aja 20. Siapa yg mau diajarin sama anak kecil?
Tapi Dad ngga mengecilkan aku. Justru Dad nanya lagi, "Mau ngajar apa?"
"If you don't mind, aku merasa terbantu oleh meditasi sampai bisa kembali ke tangan kalian. Aku merasa menemukan kebijaksanaan - walau sedikit. Kalau boleh, aku mau berbagi pengalaman ini ke semua orang."
"Daddy takut kamu nyesal.. semua anak seumur kamu lagi have fun, berteman, bersenang2," katanya.
"Lah, trus gimana? Aku ga suka beramai2. Aku akan nyesal kalau ngga nyoba, Dad..," jawabku.
Atas keinginanku, Dad memberikan sedikit lahan di depan rumah dan dibangun sesuai seleranya (bagiku, kayak gimanapun tempatnya, ga masalah, yg penting kesempatannya)
Long short story, di kelas meditasiku, aku ketemu Koko Ganteng ini.. cieeee cieeeee nostalgia nih yeeee...
Everything change, since then.
Aku jadi semakin percaya apa kata Guruku;
** setelah menguasai sesuatu yg terbukti manfaatnya, ajari org lain utk merasakannya
** jangan pelit dalam hal apapun, karena apa yg kita tanam akan kita tuai nantinya. Menanam ilmu pada org lain hasilnya bijaksana, menanam kemumetan pada org lain hasilnya 'ketidakpahaman'
SUB INI penting karena ketidakpahaman artinya juga kesulitan menerima perbedaan.
"Gue gak habis pikir loh, koq dia bisa gitu ya? Padahal kan blablabla..," sering denger?
Ketidakmampuan menerima perbedaan juga bisa membuat kita menderita karena kita jadi menghujani diri dengan rasa tidak adil, penghakiman --- yg hanya akan menggiring kita pada masalah2 lainnya.
** kebijaksanaan itu mudah, ngga sulit. Ngga mesti ngerti kata2 mutiara atau membahas bahasa2 kesadaran yg ruwet biar jadi bijaksana. Bijaksana itu cukup dengan 1 kalimat : tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain.
** apa yg kamu inginkan, bantu org lain mendapatkannya lebih dulu
** apa yg tidak kamu inginkan, jangan lakukan pada siapapun
** memahami kalau segala sesuatu itu ada 'jalannya'. Kita membantu, boleh, tapi kalau bantuan itu tak diterima atau tidak sesuai hasil yg diinginkan, let it go lah~
Setiap orang pasti pernah melakukan Public Commitment.
Tapi hanya beberapa saja yg berhasil melaksanakannya setelah digempur konsekuensi atas komitmen yg dipublikasikan itu. Syarat public commitment agar bisa berkonjungsi dg alam dan diijabah adalah; harus merupakan sesuatu yg bermanfaat bagi mahluk lain.
Seperti : aku ingin sukses dan jadi orang kaya
Konsekuensinya : kamu akan kurang tidur, selalu banyak kerjaan dan waktu utk keluarga berkurang.
.. tak jarang, konsekuensi selalu menjadi konflik bagi kebanyakan orang
Banyak orang mau Kaya Raya, tapi ditanya, klo uda kaya mau ngapain? Bingung..
Itu ga mungkim tercapai karena alam ga akan bekerjasama dg keinginan yg tak bertujuan baik tersebut.
Oh, lupa, ada cara lain utk cepat kaya.
Berbisnis maksiat. Ini cepet banget kaya raya. Tapi setelah 'sampai' disana, mereka akan menemukan kalau 'kekayaan' ini hampa.. ga ada artinya.
Atau menjadi kaya dengan 'egois', berhati dingin, kejam, sok profesional?
Yg akan ditemui cuma kesepian walau uang bertriliun banyaknya.
Aku dan suamiku, hanya manusia biasa yg setara dengan orang lainnya.
KoJonny selalu mengatakan, ia akan menjadi laki2 yg menghargai wanita dan menyayangi anak2.
Konsekuensinya?
Wanita selalu sulit dimengerti dan anak2 selalu egois, berisik, cengeng, dll.
😂😂😂😂😂😂
Sebagai pembimbing meditasi, aku pun bermasalah dengan konsekuensi.
Public commitment, terlanjur tercetus. Sementara, ngga semua orang bersedia berubah, ngga semua orang belajar meditasi demi mengembangkan diri. Beberapanya, bahkan datang 'biar cepat kaya' -- padahal utk jadi kaya, tersedia paket lainnya dan bila dilakukan dg tepat, kekayaan materi -- sangat mudah didapatkan.
Di saat kita tertimpa konsekuensi (bukan masalah) kita harus ingat, apa pencetus sampai kita berpikir kalau ini yg kita inginkan?
Konsekuensi dari puasa adalah lapar.
Konsekuensi dari menikah adalah kewajiban utk berbagi.
Apapun itu, pasti ada konsekuensinya.
Masalahnya, seberapa kuat keinginan kita utk terus menuju sasaran?
Selama konsekuensinya masih wajar dan ada jalan keluar, sesulit apapun, itu pantas dibuktikan.
Kalau boleh dirayakan, tahun ini adalah tahun ke 8, KoJonny dan aku tidak membunuh mahluk walau serangga, dan tidak terlibat dengan tindakan yg menyakiti diri sendiri (tidak memasukan 'racun' ke mulut)
Dia mengatakan padaku utk sungguh2 hidup dalam cara2 yg kuyakini mampu membawa kami pada kebahagiaan.
Konsekuensinya banyak (bagiku)
Beberapa kali Jovan kena demam berdarah, tapi kami tetap anti menggunakan pembasmi serangga.
Kami mencoba cara lain seperti mengoles Sagha setelah Jovan mandi, dan merawatnya dengan baik saat dia kena DB. Membersihkan rumah dan menggunakan difuser + Lavender oil. Ga ada jaminan yg suka bunuh serangga bakal bebas digigit nyamuk, kan?
DB belum tentu, tapi paru2 sudah full racun dari obat anti serangga? Sama aja boong 😂
Dilema datang kalau semut datang ke makanan kami.
Biasanya, kami sebarkan kopi dan garam sampai semua hilang dengan sendirinya.
Inilah yg membuat aku kagum padanya.
Aku aja, belum bisa 100% ikutin cara2 dia (meski kutau itu benar dan baik)
Sementara dia, demi menjaga ikrarnya utk menghargai aku, bersedia hidup dengan cara2 yg dia yakin membawanya pada kebaikan (meski saat itu belum terbukti)
"Alam menjaga segala isinya, bila kita membantu alam menjaga mahluk lainnya, apapun cita2 kita, alam akan mengabulkannya. Logis, karena energi kita berbaur dan bersinergi denganNya," kata Guruku.
"Saat kamu menuju Puncak Gunung karena ingin mendapat jamur besar, jangan sia2kan jamur kecil yg ada dalam perjalanan. Pungut, kumpulkan, dan manfaatkan sampai kamu berhasil meraihnya.
Sama seperti kamu, Miselle, bila kamu ingin menjadi Guru. Atau Ahai mau jadi orang kaya, jangan sepelekan setiap ide kecil, masalah2, atau kawan atau musuh yg datang. Terima mereka, hadapi sepenuh hati. Sampai pada akhirnya kamu mengerti, dan ketika Jamur Besar sudah di tangan, kamu paham bagaimana cara merawatnya, mempertahankan, dan memeliharanya agar semakin banyak dan menjadi manfaat bagi mereka yg juga sedang mencarinya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar