copyright by Michelle Jonny
Sebelum membaca screenshot ini dan bertanya2 'kenapa', aku mau jelasin sesuatu..
Ini bukan artikel tentang keluh kesah atau menjelek2an pihak lain (jadi yg merasa 'kenal' atau 'berkepentingan' dengan pihak2 terkait konten ini - bersihkan dulu pikiran dari segala dugaan)
Momen ini penting banget bagiku utk diShare setelah retreat berakhir beberapa minggu lalu.
Wenwen --> nama panggilan anak pertamaku.
Juni, dia sudah tamat SD dan akan lanjut SMP di provinsi lain dari aku. Praktis, bisa jadi kami ga akan ketemu lagi. Jauh2 hari, aku sudah membayangkan bisa mendampinginya LULUS dan bersama, kami bisa merayakan semuanya dengan cara2 yg diinginkannya.
Sebagai seorang ibu yg normal (normal artinya ngga menderita kelainan jiwa) pasti hidup itu 99,99% adalah untuk anak. Begitupun ketika aku sabar dan mencoba tawakal ketika pertemuan kami menjadi sulit (banget) setelah aku dan ayahnya berpisah.
Di awal2 perpisahan, aku sering menghibur diri dengan mengatakan semua ini akan baik setelah aku pantas menjadi ibu yg mandiri dari segi mental dan ekonomi. Ga perlu diceritakan panjang2, perasaan sebagai ibu ya seharusnya memang begitu.
Masalah muncul ketika kenyataan tak sesuai harapan.
Sebagaimana ayahnya tidak bisa memaksaku utk kembali jadi pasangannya, demikian pula aku tak bisa memaksa siapapun utk menerima keadaan ini.
Terutama aku pun tak bisa memaksa 'keluarga baruku' utk menerima 'masa laluku' sepenuhnya dimana nampaknya yg disana 'belum selesai' dengan semua ini -- padahal sudah 8 tahun berlalu.
Intinya, layaknya aku ingin bebas, aku pun membebaskan semua orang utk mengambil keputusan atas cara mengeksekusi pikiran -- termasuk WenWen.
Pertanyaan menggelitik yg bikin aku bercermin adalah pertanyaan dari peserta retreat;
"Miselle, kamu pernah marah atau sedih, gak?"
Wajar ia bertanya seperti itu karena dari kacamatanya, aku adalah pribadi yg easy going, ceria, penulis yg selalu memiliki sudut pandang positif, tidak ada kesulitan ekonomi karena keliatan banget Sagha berkembang di medsos, punya KoJonny yg sayang banget padaku, ayah yg selalu membimbing, ada guru yg bijaksana, dan anak selucu Jovan.
Oh kurang.. punya temen2 dumay yg udah kayak sodara gede bareng dan mendukungku mati2an di segala bidang yg kukerjakan.
Last but not least, i have a superman (kepanjangan dari super manager) yg namanya ga usah di mention 😂😂😂😂 --- selalu OKAY dan merealisasikan cita2ku ke dalam kenyataan.
Wow,, perfect life.
Miselle so lucky.. jadi gampang aja donk dia meditasi, kan pikirannya ga ada beban lagi.
Well, what i can say is; siapa bilang?
Jawaban atas pertanyaan itu, ya aku pasti sedih, marah, kecewa, dan pengen ngamuk kalau sesuatu 'menentang' atau berjalan ga sesuai keinginan -- tapi sebentar. Lalu hilang, dan aku bisa tersenyum lagi.
Setelah tarik napas, menyadari napas masuk - keluar, menyadari eksistensi dari perasaan gak enak dalam batin, 3 menit mungkin,, GONE.
I do what I should, back to routine.. life must go on, isn't it?
Apakah aku punya teman curhat? I don't think I have.
Tapi aku sering banget berdialog dalam diri, sampai semua perasaan tidak enak dan tidak baik, padam sendiri.
Saudara, teman, pasangan, terlalu berharga utk dimuntahin dengan semua drama yg asalnya dari pikiran aja sebenarnya. Sebagai manusia, mereka juga punya beban perasaan yg harus diselesaikan.
Daripada nambahin, mending aku selesaikan sendiri -- dalam diam tapi bukan menunggu pasrah.
Koq ga diambil aja hak asuhnya?
For what? For feeding my ego? Melibatkan seorang anak dalam pertempuran dan konflik orang dewasa adalah hal terburuk yg dilakukan seorang ibu. Kami berpisah justru supaya tak ada lagi pertengkaran di matanya. Tapi Wenwen, memiliki cerita yg harus dia selesaikan sendiri. Dan aku hanya bisa mengirmkan pesan bahwa, apapun yg terjadi, Mom is here to be your back up.
Sekarang kan masih kecil, masih bergantung pada keluarga, ga bisa gamblang memutuskan sesuatu.
Mau ketemu mami sendiri kayak main kucing2an. Dikata emaknya kucing garong 😂😂😂😂
Tapi biarlah Wen2 tau aja,,
I am your guarantee, i'll catch you when you're fall.
That's what i'm gonna do.
Pikiran seperti mau selesaikan ini lewat jalur hukum blablabla hanya sebatas nafsu emosi.
Apapun yg dipaksakan pada org lain atau keadaan, ga akan menghasilkan kebaikan.
Selanjutnya, aku justru membawa masalah pada KoJonny.
Kisruh perasaanku, siapa yg (mau) tahu?
Kantor Sagha tetap harus berjalan seperti biasa. #PaoPaoTheSeries tetep harus dituntaskan hari demi hari, dan akun FB ini tetap dipenuhi timeline, apapun yg terjadi (padaku)
Untuk apa berkeluh kesah dan menjadi negative vibration?
Untuk apa membuat perasaan orang lain ikut kacau?
Marah, jengkel, gundah, dan benci bukanlah sebab2 kita menderita. Itu hanya gejala dari suatu sebab.
Sebabnya adalah keinginan yg tak terpenuhi.
Untuk menjadi siap dan selalu bahagia bukanlah dengan cara ini dan itu.
Cukup menerimanya, ya sudah terjadi. Setelah menerima, kita lepaskan (buang napas)
Setelah kita lepas, lakukan hal baik utk membuat kita bahagia secara ekstrim seperti have fun sama Jovan, sharing goods bersama teman2, dan memuji orang lain atas kehebatannya akan sesuatu.
Di dunia ini, yg manusia bukan cuma aku, kan?
Semua manusia menuntut utk berbahagia.
Tidak bereaksi terhadap hal yg buruk adalah baik bagiku.
Karena aku bisa save energy utk melakukan hal2 lain yg baik dan ketika aku paham rasanya ngga enak banget dipaksa utk melakukan sesuatu, aku ngga memaksa siapapun utk mengikuti caraku.
Atas nikmatnya menjadi bebas inilah aku mempersembahkan retreat.
Bukan utk pamer kalau aku ga punya masalah.
Tapi sebagai bukti kalau mental kita sudah terlatih, apapun itu, bukan masalah lagi
We don't make different things
We just see things, differently
To be understand and let it go
Tidak ada komentar:
Posting Komentar